Hujan mengguyur bumi dengan rintik yang malas, menghasilkan irama jejak yang mendayu. Guntur sapa menyapa dari ujung langit, hitam menggantung di langit. Pagi yang sedih, muram dan durja. Tangisan itu memanggil menyayat hati yang mendengarnya. Memiluhkan, menghasilkan bait-bait kehilangan, ketidak relaan dan kegamangan. Semua menyatu dalam dekapan doa tangan-tangan yang gigil atas kehilangan. Muni memandang nanar pada karangan-karangan bunga yang berjejer sebelum pintu masuk rumahnya. Ia memohon, ia hanya bermimpi melihat karangan bunga itu. Karangan bunga dan berita duka adalah dua hal yang sangat ditakutkan Muni. Dan hari ini, ia mendapati jejeran karangan bunga itu. Ingin rasanya, ia berteriak. Memohon Tuhan tidak melakukan semua itu padanya. Tapi, tubuhnya meluruh, tungkainya menggigil ketika melihat wajah pias tak berdayah Bunda yang terbujur kaku di tengah rumah. “Bunda” teriaknya Inikah arti firasatnya semalamnya. HPnya yang tiba-tiba berdering dan pemberitahuan Bu
Komentar