Negeri Semut Dan Tuan Vonka

Oleh : Samsiarni

KeRajaan semut geger. Prajurit dengan senjata mondar-mandir di depan istana menunggu perintah dari Raja. Rakyatpun hari itu tidak bekerja, mereka juga sibuk menjaga istana. Ini hari darurat di keRajaan semut. Sirene telah meraung-raung dari pagi. Pertanda keadaan benar-benar genting. KeRajaan akan mengadakan rapat dadakan untuk menentukan sikap.
Istana keRajaan itu terbuat dari gula, dengan bentuk seperti rumah joglo. Indah sekali. Menurut kabar dari rakyat, istana itu di rancang oleh para arsitek-arsitek handal dari negeri semut. Istana itu hampir sempurna, bagian-bagiannya tertata dengan apik. Tentu dengan nilai seni yang dapat di acungi jempol.
Namun, istana indah itu telah kehilangan keindahannya. Putri Vopian, putri bungsu Raja di culik oleh seorang laki-laki besar bernama tuan Vonka. Ia adalah penghuni rumah yang tak jauh dari keRajaan semut. Di sanalah bermulanya masalah itu

Hari itu,
Putri Vopian sangat senang, ketika Nandi mengajaknya bermain-main di sekeliling istana. Mereka berlarian sambil tertawa. Tanpa sadar mereka semakin jauh dari istana. Dan tiba-tiba juga Nandi punya sebuah ide.
“Vopian, kamu belum pernah melihat manusiakan?”tanyanya
“Belum, tapi aku ingin melihatnya, seperti apakah manusia itu Nandi?” Vopian yang penasaran sangat bersemangat.
“Mari kita ke rumah tuan Vonka, dia seorang yang selalu sibuk. Aku sering bermain ke sana. Dia tidak mungkin memperhatikan kehadiran kita. Ayo Vopian” ajak Nandi
Mereka berjalan mengendap-endap kerumah tuan Vonka. Benar saja saat sampai di dalam ruangan tuan Vonka. Vopian menjerit histeris
“Itukah manusia Nandi, besar sekali mereka, seperti raksasa,” matanya tak lepas memandang tuan Vonka yang sibuk menyalin cairan berwarna-warni yang ada di depannya.
“huss, kamu jangan berisik. Nanti tuan Vonka terganggu” nasihat Nandi
Tapi dasar putri Vopian yang baru melihat manusia, tampak sangat senang. Selama ini, ia hanya mendengarkan cerita tentang manusia dari Raja, permaisuri atau dari tentara perang. Tanpa tahu bentuk persis manusia seperti apa. Saking girangnya Vopian mendekati tuan Vonka, ia ingin sekali menyentuh raksasa di depannya.
“Vopian jangan….”teriak Nandi
Namun terlambat, Vopian telah menaiki sepatu tuan Vonka. Terus, sampai ia berada di kulit kaki yang ditumbuhi bulu itu. Tuan Vonka merasa geli, seekor semut nampak berputar-putar di kakinya tanpa menggigit. Tak seperti biasanya. pikir tuan Vonka.
Ia membungkukkan badannya, mengambil semut itu dengan jarinya. Kemudian meneliti dengan seksama. Semut yang cantik. Simpulnya, kaki lentik dan badan yang terbentuk secara lembut.
“Kau pasti se ekor semut yang baik. Kau tak menggigitku. Akan ku pelihara kau di dalam sangkar ini “ tuan Vonka mengambil sebuah kotak berbentuk segi empat kecil, di lapisi dengan plastik.
Vopian terkejut, ketika dirinya telah ada dalam asngkar itu. Ia senang, ternyata manusia tidak sejahat yang dibicarkan rakyatnya, tuan Vonka salah satunya. Ia adalah manusia yang baik.

Sementara itu, keRajaan semut kembali ramai, keputusan telah diambil. Semua Prajurit tangguh, dan Panglima terbaik negeri semut akan menyerang tuan Vonka. Genderang perang telah dibunyikan. Langit mendung, seakan berdoa untuk kemenangan tentara semut. Rakyat yang setia juga ikut bergabung dengan tentara demi menyelamatkan putri Vopian mereka.
Peralatan perang telah disediakan. Parjurit telah siap lahir batin. Raja keluar dari istana dan naik ke alun-alun, di sampingnya permaisuri tanpak memegang bahu Nandi yang masih menangis. Raja menatap dengankasih pada rakyatnya.
“Panglima perang, Prajurit dan rakyatku yang setia. Terima kasih atas pengorbanan kalian. Kalian akan berjuang untuk negeri ini, selamat berjuang. Hidup negeri semut” ucap Raja sambil mencoba mengaliri semangat pada Prajurit.
Walau peta kekuatan itu tergambar jelas. Semut lawan manusia. Tentu makhluk yang lebih kecil yang akan kalah, namun itu tak menyurutkan langkah para tentara mereka yakin dengan persatuan mereka mampu merebut kembali putrid Vopian dari tangan tuan Vonka.
Setelah pelepasan secara resmi oleh Raja. Iringan-iringan tentara mulai nergerak menuju rumah tuan Vonka. Iringan yang itu panjang dan banyak. Sepanjang perjalanan mereka selalu meneriakkan kata-kata penuh semangat, sampai di depan pintu rumah tuan Vonka, Panglima yang paling berwibawa maju ke depan.
“Kita akan berjuang sampai darah penghabisan. Kita tidak akan pulang tanpa putri Vopian” kata-kata itu dibalas dengan tepukan tak kalah semangat.
Pasukan itu merayap, sedikit demi sedikit sampai di ruang kerja tuan Vonka. Tuan vonka sedang tertidur dengan sambil duduk di kursi, kepalanya di atas meja, di sebelah sangkar putri Vopian.
“Itu putrid Vopian” teriak seorang Prajurit.
Putrid Vopian kaget, melihat kerumunan rakyatnya yang banyak
“Serang manusia itu,” teriak Panglima
Putri Vopian, tambah terkaget-kaget mendengar seruan itu.
“Jangan, tolong hentikan Panglima” teriaknya kenacng
“Dia manusia yang baik” ujarnya dengan suara melengking
“Panglima…”jeritnya
Akhirnya Panglima menghentikan Prajurit, kemudian menghampiri putri Vopian.
“Kami hanya ingin menyelamatkan tuan putri” ujarnya
Ketika itu tuan Vonka terbangun dari tidurnya. Ia melihat se ekor semut mendekati semut yang ada dalam saranng itu. Kekasih atau keluarganyakah itu?, tuan Vonka belum mampu menjawab dan bertambah heran ketika melihat di lantainya begitu banyak kerumunan semut.
Kini ia mengerti, semut yang ada di dalam sangkar itu adalah orang yang sangat penting bagi semut sebanyak ini. Dengan cepat ia mengambil kotak itu dan mengeluarkan putri Vopian.
“Maafkan aku, jika telah mengurung orang penting di negeri kalian” ujarnya
Sejak saat itu para semut hidup damai di keRajaannya dan sejak itu juga tuan Vonka mendapat banyak teman dari bangsa semut.

tulisan ini telah d terbitkan di halaman cerita anak pmail's Padang ekspress

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etalase cinta Muni dan Ibu

Just friend

kerinduan pada damai