Just friend

Cery memiliki sebuah cinta, tak bisa diuraikan bahkan dijelaskan dengan logika. Ia memiliki rasa itu, dan merasa itu lebih dari cukup. Tak perlu penjelasan ketika rasa telah berbicara, semua mulut akan bungkam menerima. Hanya ada rasa dan cinta itu telah menggelora. Menemani nadi berdenyut, berlarian bersama udara yang dihirup dan memenuhi pikiran. Betapa anehnya ketika kita jatuh cinta, diam dan larut dalam rasa.

Seperti cowok yang telah merampas segala rasa di dada Cery. Mengayunkan Cery dalam lamunan panjang yang tidak bertepi. Cery hanya tahu ada cinta di hatinya untuk cowok itu. Kalimat yang selalu jadi alibi, ketika cinta mulai membutakan.

Dan layaknya gadis-gadis lain, Cery selalu berusaha untuk menjadi sosok yang ideal, selalu tampil sempurna, bahkan tidak segan-segan pergi ke salon hanya demi makan malam dengannya. Walau rutinitas makan malam itu sebenarnya sudah biasa. Cery bahkan berusaha untuk selalu tampil menyenangkan di samping cowok itu.

Nama cowok itu Nadeo Wilaga, pria gagah nan berkarisma.Ttidak ada kata yang mampu menggambarkan sosok itu, ia baik dan Cery telah membuktikan berada di samping cowok itu selalu menyenangkannya. Tak ada keraguan akan itu, ia merasa nyaman yang tidak ia rasakan pada teman prianya yang lain. Rasa yang bahkan tidak bisa dibeli dengan uang dan hanya hati yang mengerti dan mengeja rasa itu.

Cery memang tidak buta dengan semua yang terjadi di sekelilingnya. Terlalu banyak yang memuja cowok itu. Bagaimana tidak Nadeo mapan dan tampan, kriteria yang bahkan secara absolut telah menjadi bagian penting oleh wanita dalam menilai pria. Ia merasakan semua itu, ada banyak mata yang menyimpan rasa untuk Nadeo. Satu hal yang pernah membuat Cery merasa gamang melangkah, namun ketika menyadari posisinya, ia selalu mencoba menepis kecemasan itu. Selalu ada banyak wanita cantik di samping pria tampan, hukum itu yang harus Cery pahami dengan baik.

Cery memang tidak begitu tergila-gila pada Nadeo awalnya. Namun, sedikit keberuntungan membawanya pada angan yang semu. Dulu ia memahami ada jarak antara dia dan Nadeo yang terlalu curam, tapi sekarang beberapa keberuntungan telah menanamkan rasa yang lain dihatinya. Ia beruntung, bagaimana tidak, di saat cewek-cewek itu berharap memiliki tempat di hati Nadeo. Cery telah hadir dan mengisi warna-warna dalam lembaran hidup Nadeo, dan keberuntungan itu mengantarnya pada perasaan bahwa ia dan Nadeo adalah dua sejoli yang dipertemukan takdir, walau rasa itu tidak terjamah sama sekali.

Dan Cery beruntung, ketika gadis-gadis itu masih mencari cara mendekati Nadeo. Ia telah ahdir dalam hidup cowok itu dan berbagi cerita bahagia serta duka bersama, atau menghabiskan sisa malam dengan membahas segala hal lewat telpon. Tak ada ruang yang memisahkan kedekatan mereka.

Dan lagi, Cery masih beruntung ketika gadis-gadis itu berebut perhatian untuk hadir dalam hari-hari penting Nadeo. Cery telah ada di sana, merayakan ulang tahun Nadeo, menemaninya menghabiskan sisa kuliah yang melelahkan, menjadi pendamping wanita waktu wisuda Nadeo, atau menangis bersama ketika berita duka saat sakit kanker yang diderita mama Nadeo telah membawanya pada pangkuan Tuhan. Cery ada di sana, melewati semuanya untuk menguatkan Nadeo melewati saat pahit dalam hidupnya, dan Cery berbangga telah banyak waktu paling penting Nadeo yang mereka nikmati berdua.

Merasa beruntung memang bukan penyakit, namun jika terlalu sering. Ia akan mengajarkan bahwa rasa itu bisa menohok hati ketika kenyataan tidak seberentung yang kita rasakan. Dan itulah yang sedang dirasakan Cery, ia takut perasaannya selalu merasa beruntung itu akan membawanya pada kenyataan pahit.

Dan Cery masih ingat malam itu, ketika bulan sabit dan dua bintang membentuk gambar orang tersenyum di langit, Nadeo datang dengan setumpuk rasa.

“Betapa beruntungnya aku memilikimu, Andai saja Tuhan tidak mempertemukan kita. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa melewati semua ini,”ucapnya tulus.

Cery tersenyum bangga, merasa Nadeo benar-benar mensyukuri pertemuan mereka. Cery sangat yakin berjuta-juta bahkan beribu-ribu gadis di luar sana mendambahkan ucapan itu dari mulut Nadeo, dan ternyata hanya Cery yang beruntung.

“Jangan pernah tinggalkan aku. Kita akan selalu bersama dalam kondisi apapun,”ujar Nadeo.

Cery mengangguk, ia memang selalu ingin bersama Nadeo. Kalau bisa selamanya dan tidak ada hari yang mampu ia lewati tanpa Nadeo, sungguh ia belum bisa melangkah jika tidak bersama Nadeo.

“Tapi, bagaimana cara menjelaskan hubungan kita pada mereka Cer, hubungan kita ya begini adanya dan tak seorangpun yang akan memutuskan ikatan ini. Apa mereka mau mengerti keputusan kita?”Nadeo tampak ragu.

Cery menghela nafas panjang, inilah ujung dari rasa beruntungnya. Kenyataan memang kadang pahit dan harus ia terima dengan besar hati. Sebenarnya mereka tumbuh di tengah keluarga yang mengharap lebih pada hubungan mereka. Keluarga Cery dan Nadeo tidak puas melihat hubungan mereka yang tidak juga ada kemajuan.

Cery ingat ketika kak Wati, kakak tertua Nadeo mengundangnya ke rumah tanpa diketahui Nadeo, dan mengucapkan sebuah harapan. Ucapan yang Cery rasa sebagian dari keinganannya.

“Cer, kamu harus menjadi pendamping hidup Nadeo kelak, hanya kamu yang bisa mengimbangi Nadeo. Ia keras, tapi akan luluh dengan sikap lembutmu. Kakak mohon, Cer,” Ujar Kak Wati.

Cery menggigit beibirnya, ingin sekali ia berteriak aku mau, kak. Itu doa dalam malam-malam panjangnya yang sunyi. Semakin ia terbuai dengan keinginan itu. Ia akan semakin gila dengan rasa yang menggebu, atas nama mimpi dan harapan.

Tapi sejurus setelah kesemuan itu menyapa, ia akan kembali tersadar dan menelan ludah yang terasa pahit, terlalu jauh menggapai kesemuan itu walau hanya dalam mimpi. Apalagi mewujudkan keinginan Mama agar ia dan Nadeo bersama tidaklah muda. Hanya Tuhan yang tahu, dan hanya Tuhan pula yang mengerti serumit apa hubungan mereka. Dan anehnya walau ia sadar hanya kenyataan pahit yang ada di depannya, ia masih berharap sampai detik ini, ada namanya dan Nadeo dalam suratan jodoh. Lagi-lagi hanya impian yang siap menohok hatinya yang makin akan terluka, dan ia harus mengerti sangat sulit bagi Nadeo merubah posisinya dalam hati cowok itu.

“Kita akan selamanya menjadi sahabatkan, Cer, selalu dan selamanya” ujar Nadeo mantap.

Anggukan lemah Cery adalah akhir dari semua rasa beruntung dan akhir dari mimpi, tak akan ada suratan yang lebih baik untuk mereka selain menjadi teman, hanya teman.

Kadang keberuntungan memang sering berjalan beriringan dengan ketidak beruntungan, bebrapa waktu lalu Cery merasa beruntung, maka detik ini ia telah merasa tidak beruntung, karena gadis-gadis di luar sana mungkin akan lebih beruntung darinya, suatu saat bisa menggapai hati Nadeo.Tapi, tidak dengan Cery yang hanya sahabat bagi Nadeo, dan sungguh label sahabat itu adalah senjata yang membunuh mimpi Cery. Just friend forever.

Koto padang, Dharmasraya. 2008

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etalase cinta Muni dan Ibu

kerinduan pada damai